Selasa, 20 Agustus 2013

Apakah Aku Salah?

Apakah aku salah?
Bacalah sedikit cerita dariku ini.

Kisah pertama :
Delapan jam kuhabiskan waktu di dalam ruang kelas setiap harinya.
Tak kurang, bahkan lebih.
Berusaha mati-matian memenuhi keinginanmu.


Menjadi murid dengan sedikit prestasi.
Agar bisa kau ceritakan pada teman-tmanmu, saat reuni nanti.
Bagaimana suksesnya kau mendidikku.

Lelah, capek, bosan, sudah menjadi makananku sehari-hari.
Masih ada les tambahan yang menungguku.
Bahkan saat menginjakkan kaki di rumah, masih ada segudang PR dan tugas yang harus aku selesaikan.

Sekarang, semua tugas itu sudah selesai.
Aku butuh sebuah penyegaran.
Kunyalakan sperangkat komputer lengkap dengan joystick.
Aku ingin mengistirahatkan otakku sejenak.
Mungkin tak lebih dari 30 menit, tak lebih.

Tapi kau memarahiku habis-habisan.
Kau bilang, aku tak pernah belajar.
Hanya bermain game sepanjang waktu.
APAKAH AKU SALAH?

Kisah kedua :
Masih ada hubungannya dengan kisah pertama.
Sore itu, les tambahan sudah menantiku.
Tetap kuikuti les itu, dengan sedikit memaksakan diriku.
Mengingat biaya yang telah kau keluarkan tak bisa dibilang sedikit.

Aku masih ingat benar.
Jam dinding menunjukkan pukul 17.30 saat kakiku melangkah masuk ke rumah.
Kunyalakan kompor dengan panci berisi air di atasnya.
Alangkah nikmatnya jika bisa menikmati secangkir teh hangat sore itu setelah beraktivitas seharian.

Pukul 18.00, selesai sudah ritual minum teh yang kulakukan seorang diri.
Aku melangkahkan kaki, menuju kamar mandi.
Sepuluh menit berselang, aku keluar dari kamar mandi itu.
Kau sudah berdiri di ruang keluarga, dengan tangan di pinggang.
Lagi-lagi kau memarahiku.
Kau bilang aku anak yang nakal.
Adzan maghrib sudah berkumandang, tapi aku baru selesai mandi.
APAKAH AKU SALAH?

Kisah ketiga :
Hari ini hari Minggu.
Sudah genap seminggu aku menjadi panitia peringatan kemerdekaan RI di kampungku.
Aku tak pernah tidur kurang dari pukul 02.00 dini hari.
Tak pernah lebih dari 4 jam aku berada di alam mimpi.
Benar-benar minggu yang cukup melelahkan.

Hari itu aku berniat beristirahat seharian untuk memulihkan kondisi tubuhku.
Mengingat esok hari rutinitas sekolah akan kembali terulang.
Usai sholat subuh, aku kembali ke ranjang.
Kutarik selimut rapat-rapat.
Mungkin baru dua jam aku memejamkan mata ini.

Saat aku keluar dari kamarku, kau sudah berdiri di sana.
Berkacak pinggang seperti biasa.
Kini, kau memarahiku mati-matian.
Kau bilang aku tak berguna, hanya seorang anak yang hanya bisa tidur saja.
Tiga puluh menit aku harus mendengar celotehan darimu.
Tanpa sedetikpun kau memeberiku kesempatan untuk bicara.
APAKAH AKU SALAH?

Tengoklah di luar sana.
Masih banyak kenakalan yang anak lain lakukan.
Kenakalan yang memang pantas disebut sebagai kenakalan.
Dan kau?
Kau menyebutku nakal hanya karena aku bermain game, mandi selepas maghrib, dan tidur di hari Minggu.
Aku tak habis pikir, apa yang akan terjadi pada dirimu.
Jika kau memiliki anak yang benar-benar nakal.
Nakal dalam arti yang sesungguhnya.
Apa yang akan kau lakukan?

Mungkin tak perlu panjang-panjang ceritaku ini.
Aku takut kau akan marah besar jika membaca kisahku ini.
Untuk kawan-kawan yang seumuran denganku.
Ada satu hal yang perlu kalian tahu.
MEREKA BILANG, GENERASI KITA ADALAH GENERASI TERBURUK.
TAPI MEREKA TAK PERNAH SADAR, BAHWA GENERASI MEREKALAH YANG TELAH MEMBESARKAN GENERASI KITA!


Posting Komentar

3 komentar:

Tiuruli Sitorus mengatakan...

I know how does it feel.
Sabar yaaa *pukpuk
Mungkin mereka lupa kalau generasi kita adalah harapan dan generasi mereka hampir tinggal kenangan. Semoga, semuanya tidak menjadi sia-sia. Gitu aja :D

Meizar mengatakan...

Thanks.. :)

Unknown mengatakan...

semangat yo rak, hidup itu keras xD

Posting Komentar