Selasa, 02 Oktober 2012

Sistem Mengejar KKM





Malam itu, aku tak punya punya pekerjaan (rumah). Tugaspun tak ada. Berkah tersendiri bagi penduduk SMAN*SA. Sambil membunuh waktu, kuputuskan buat surfing the internet. Hingga akhirnya kutemukan ini gambar. Gambar yang mungkin bisa menjadi tamparan keras bagi sistem pendidikan di negara tercinta ini.



Alright, gambar lebih bermakna dari seribu kata. Pasti kalian tahu makna dibalik gambar tersebut. Yah, itulah gambaran sistem pendidikan di Indonesia.


Kuakui kita semua memang berbeda. Dari milyaran orang di dunia, tak ada satu orangpun di dunia ini yang benar-benar sama persis. Dua orang kembar identik sekalipun pastinya memiliki paling tidak satu hal yang bisa membedakan mereka. Karena memang inilah dunia ciptaan Sang Maha Kuasa. Tak ada satupun yang berani menyanggah satu fakta ini, bahwa KITA SEMUA BERBEDA.!

Tak hanya orang-orangnya yang berbeda. Kemampuan masing-masing individu pastilah jauh lebih beragam. Mungkin di satu sisi kita lemah di mata pelajaran Biologi dan ilmu-ilmu hafalan lainnya. Namun mungkin di lain sisi, kita memiliki bakat terpendam dalam mengotak-atik komputer dan barang-barang elektronik lainnya. Yeah, who knows? Dapat diibaratkan dalam gambar, kemampuan kita ibarat kemampuan hewan. Ada kera yang pandai memanjat, gajah yang kuat, ikan yang pandai berenang, dan masih banyak lagi. Jarang (atau bahkan tak ada) dua jenis hewan dengan kemampuan yang sama persis.

Lantas mengapa? Mengapa kita semua (para siswa) dijejali dengan materi pelajaran yang sama tiap harinya? Entahlah, di satu sisi memang menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap individu. Namun, ilmu macam apakah yang WAJIB untuk kita tuntut? Oke oke, dalam kurikulum Sekolah Dasar, bisa dikatakan semua materi pelajaran itu WAJIB HUKUMNYA untuk dituntut. Karena memang itulah ilmu-ilmu yang nantinya akan kita pakai dalam kehidupan, BUNG! Baca, tulis, berhitung, ilmu yang memang sangat vital untuk dimiliki tiap individu. Keagamaan dan kewarganegaraan, ilmu yang mampu membentuk kepribadian individu itu. Sedikit ilmu alam, agar kita mampu memahami makhluk hidup di sekitar kita (termasuk manusia) dan interaksinya dengan alam. Ilmu sosial, karena kita memang makhluk sosial!

Lantas, menanjak ke jenjang SMP. Kuakui banyak pelajaran yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan. Kita mengenal lebih banyak wawasan yang memepertajam ilmu dasar yang kita dapatkan di bangku SD. Jenjang berikutnya, mungkin inilah yang menurutku jenjang yang paling tak masuk di akal. SMA, Sekolah Menengah Atas. Memang, ada beberapa ilmu yang cukup bermanfaat. Tapi ada juga beberapa ilmu yang terlalu absurd untuk dipakai dalam hidup ini. Contoh sederhana, kita menghitung kapan bola akan jatuh jika dilempar dari atap dengan sudut sekian den energi sekian dengan ketinggian sekian. Kita harus menghafal sebegitu banyaknya nama tulang dalam tubuh kita, dalam bahasa ilmiah. Belum lagi laju persamaan reaksi pembakaran gas sempurna. Yang lebih parah lagi, kita sibuk mencari harga sin cos tan dari suatu sudut, padahal para ilmuan telah membuat tabel LENGKAP tentang itu!

Mungkin bagi beberapa orang yang memang terlahir dengan kemampuan di bidang-bidang itu tadi, bukan suatu perkara besar. Tapi bagiku? Hal tersebut tak lebih dari sekedar menghabiskan energi, kertas dan tinta. Tak lebih dari sekedar siksaan saat aku harus berjuang melawan rasa kantuk dan lapar di kelas. Hasil yang diperoleh? Bisa ditebak lah, sering mendapat nilai mepet KKM. Bahkan terkadang kurang dari KKM.

Terkadang aku berfikir. Apakah memang aku HARUS menyiksa diriku sendiri untuk berusaha menuntaskan beberapa mata pelajaran itu? Berapa banyak energi dan waktu yang kubutuhkan untuk mencapai hal itu? Manakah yang lebih bermanfaat, berjuang bersusah payah, terkatuk-katuk demi meraih nilai hitam di atas putih, ataukah mengalihkan semua energi itu ke dalam bidang yang benar-benar ingin kutekuni? Pertanyaan inilah yang sering menghantui tidurku, baik tidur malam maupun tidur siang (di dalam kelas).

Mungkin banyak sekali orang di Indonesia ini yang lebih memilih opsi pertama, berjuang mati-matian meraih ANGKA.! Waktu dan energi terus senantiasa mereka korbankan, tak apalah yang penting nilai bagus. Uang jutaan rupiah mengalir dari kantong orang tua mereka dalam rangka memasukkan mereka ke bimbel-bimbel ternama. Tak lebih dari sekedar usaha memperbaiki nilai.

Namun, telah kuketatkan tekad, pilihan dua yang akan kuambil. Ibarat dalam gambar, biarlah gajah maupun ikan bersusah payah berlatih memanjat demi memenuhi tuntutan pendidikan. Namun aku, akan tetap menjadi my best self, bukan sekedar menjadi my self. Biarlah aku tak pandai memanjat. Biarlah beberapa mapel aku tak tuntas. Namun satu pintaku, biarlah aku bersinar terang dalam bidang yang telah kupilih!

Dalam kasus lain, ada satu hal yang sangat disayangkan. Seperti yang telah terurai di atas, tiap manusia memiliki kemampuan berbeda-beda. Bukan hanya kemampuan biasa, mungkin juga ada beberapa manusia yang memiliki BAKAT TERPENDAM YANG LUAR BIASA. Mungkin ada beberapa diantara umat manusia yang memiliki bakat hebat dalam berenang, namun sekolah menghapus materi itu karena dianggap tak berguna. Mungkin pula telah lahir Bill Gates maupun Mark Zuckeberg berikutnya, tapi bakat mereka tak tersalurkan hanya karena mata pelajaran TIK cuma mendapat porsi 90 menit dalam seminggu (10080 menit). Sangat disayangkan bila orang-orang dengan BAKAT SPESIAL ini harus berkutat dengan mata pelajaran lain yang tentu saja cukup menyiksa diri mereka. Sayang sekali jika waktu dan tenaga mereka habis hanya demi mengejar indahnya KKM. Sayang sekali jika bakat mereka tak bisa berkembang. Dan ujungnya, bila mereka mati di kemudian hari, bakat spesial ini turut terkubur dalam liang lahat mereka, bahkan sebelum mereka menyadari bakat apa yang mereka miliki. Karena hal yang sepele, sistem pendidikan sibuk menjejali materi. Sistem pendidikan jarang mencoba menggali bakat yang sebenarnya dimiliki oleh setiap individu untuk kemudian mengembangkannya!

Terserah dengan kalian yang masih sibuk mengejar indahnya nilai 90 maupun 100. Aku masih punya pekerjaan lain dari sekedar membanding-bandingkan nilai dengan teman. Mengutip kata bang Bondan Prakoso & Fade2Black dari lagu Kita Selamanya :
Berpacu dalam prestasi, (HAH) hal yang biasa!
Aku masih sibuk menggali dan mengenali siapa aku sebenarnya. Akupun sibuk mencari dan menggali bakat apa yang sebenarnya kumiliki. Dan mungkin dikemudian hari, aku akan sibuk mengasah dan mengembangkan bakat yang telah kutemukan itu. Bagi kalian yang masih berpacu dengan nilai, silahkan, itu hak kalian. Kata-kata terakhir, mengutip lagi dari bang Bondan Prakoso & Fade2Black dari lagu S.O.S :
Entah kemana, kan kubawa diriku pergi. Karena ku terjebak dalam sistem industri. Lahir, sekolah, bekerja, mati. Sistem hidupku berpatok pada materi.!

Posting Komentar

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Jika UN dihapus, maka penentuan KKM tidak berguna lagi.

Posting Komentar